SELAMAT DARI BADAI DAHSYAT BERKATKAROMAH HAFIDZ & DO’A YATIM PUATU.

Selamat dari badai dahsyat…

APAKAH INI KAROMAH SEORANG HAFIDZ QURAN?

Bismillah.
Kisah nyata, Sabtu, 20/9/20. Terbesit di hati, ingin melihat tanda kebesaran Allah SWT di lautan, kami bersama rombongan BensArt wisata bahari ke pulau Damar.
Menjelang zuhur ternyata turun hujan lebat disertai angin kencang, petir dan gelombang tinggi menggulung-gulung, badai…


Qadarullah, mesin perahu kami mati, langit gelap, jauh dari daratan, sementara gelombang semakin tinggi. 2 jam lebih terombang-ambing ombak raksasa sementara badai angin bertiup kencang menerbangkan apa saja yang ada di atas perahu kami yang berukuran 2×9 M². Pasrah, menyerah. Kami basah kuyup, hampir semua penumpang mabuk laut bahkan kru perahu kami pun mabuk laut, ambruk, tumbang…


Tak ada sinyal HP untuk minta tolong, dan ternyata… di perahu kami tidak ada pelampung.
Beratus kali mesin distater tetap tidak nyala. Air mulai memenuhi lambung kapal, pompa air manual pun rusak tak bisa digunakan, terlihat dari jauh samar-samar dibalik kabut tebal perahu-perahu nelayan dan pemancing tenggelam berserakan. Sesekali kapal besar kontainer lewat hampir berpapasan. Kru perahu kami berusaha minta tolong melambai-lambaikan tangan dan kain basah tapi sia-sia. Kami semua lemah lunglai seperti orang pingsan, air makin memenuhi lambung kapal, seraya kami membayangkan jika perahu kami tenggelam, benda apa yang akan kami pegang.

Dalam hati dan lisan saya terucap dzikir dan munajat : “Ya Allah, kami ikhlas kalau kami harus mati hari ini. Kami titipkan kepada-Mu Ya Rabb, di perahu ini ada seorang hafidz quran 30 juz (yg saat itu kondisinya kedinginan dan tidur seperti org pingsan) dan di pondok kami ada puluhan anak yatim piatu dan ratusan santri yg sedang belajar. Jagalah, bimbinglah, selamatkanlah Hafidz kami dan mereka santri2 kami…”

“Pak… Pak…” Saya memanggil kapten kapal yang sedang berpegangan erat ke tiang kapal takut terpental karena goncangan kapal yang sangat dahsyat dengan tatapan matanya yang kosong. “Coba stater lagi pak!”, ucap saya.
Beliau pun mencobanya ternyata gagal. “Aki nya abis dan separuh mesin sudah terendam”, jawabnya.
Saya meminta sang kapten mencoba lagi, lagi dan lagi…
Alhamdulillah, tak disangka-sangka mesin pun hidup kembali. Asap mengepul seperti kebakaran, mengagetkan semua penumpang kapal yang kebanyakan dalam kondisi mabuk laut dan kedinginan.
“Ayo pak kita jalan!” pinta saya.
Kapten menjawab, “tunggu sampai badai reda, menerjang badai dengan perahu kecil jauh lebih bahaya”, jawabnya.
“Gpp Pak ayo kita jalan. Makin sore malah lebih berbahaya ditambah gelombang pasang badai akan makin kencang.” ucap saya.
Kapten pun tarik jangkar, perahu berputar-putar, hampir saja terbalik ternyata jangkarnya nya menyangkut di tali jangkar kapal sebelah yang sudah terlebih dahulu tenggelam. Untung ada seorang teman membawa pisau, spontan talipun diputus, perahu kami pun bergerak maju mundur karena dihempas gelombang besar.


Akhirnya kami berputar arah untuk pulang menerjang badai dengan gelombang yang terlihat tinggi seperti gunung. Tak terlihat kapal lain atau daratan karena kabut tebal dan terhalang ombak besar. Sekitar 2 jam menerjang gelombang akhirnya perahu kami sampai di darat dengan aman.


Alhamdulillah.


Kisah nyata pengalaman pribadi, minggu 20/9/20.