50 TANDA-TANDA MATI SYAHID DAN HUSNUL KHATIMAH
MUQADDIMAH
Rasulullah bersabda, “Siapa sajakah orang yang kalian golongkan sebagai orang yang mati syahid ?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, menurut kami orang yang mati syahid adalah siapa saja yang mati terbunuh di jalan Allah.” Beliau bersabda, “Kalau begitu umatku yang mati syahid sangatlah sedikit.” Para sahabat kembali bertanya, “Kalau begitu siapa sajakah dari mereka yang mati syahid,?” Beliau bersabda, “Barang siapa yang terbunuh di jalan Allah, yang sedang berjuang di jalan Allah, dan yang mati karena penyakit kolera, yang mati karena penyakit perut, maka dialah syahid, dan orang yang mati tenggelam dialah syahid.” (HR Muslim, Ahmad, dll). Dan banyak lagi hadits lainnya yang menjelaskan tentang macam-macam mati syahid.
Kata “syahid” jamaknya “Syuhada”, artinya: disaksikan / dibuktikan. Mati syahid ialah matinya seorang muslim dalam berperang, berjuang membuktikan kebenaran Islam, membela kebenaran, mempertahankan hak dan menerima ketetapan Allah dengan penuh kesabaran, dan keikhlasan dalam menegakkan agama Allah semata-mata karena Allah. Adapun pengertian Khusnul khatimah adalah suatu kondisi seorang yang saat tutup usianya berada dan berakhir dalam kebaikan.
Rasulullah bersabda, “Bagi orang yang mati syahid ada enam keistimewaan ; diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur (bagi yang syahid di medan tempur), melihat tempatnya di dalam surga, dilindungi dari azab kubur dan terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari, dan diperkenankan memberi syafaat bagi tujuh puluh orang kerabatnya”. (HR . Tirmidzi, dll), Selain yang disebutkan di atas, berikut ini tanda-tanda Mati Syahid dan tanda-tanda Husnul Khatimah berdasarkan Al Quran dan As Sunnah :
- Mengucapkan kalimat syahadat Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang pada akhir kalimatnya mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’, maka ia dimasukkan ke dalam surga.” (HR. Hakim)
- Dahinya berkeringat. Dari Buraidah, dahulu ketika di Khurasan, menengok saudaranya yang tengah sakit, namun didapatinya ia telah wafat dan terlihat pada jidatnya berkeringat, kemudian ia berkata, “Allahu Akbar, sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Matinya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya.’” (HR. Ahmad, Nasa’i, Tirmidzi, dll)
- Mati pada malam atau hari Jumat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah, “Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari Jumat atau pada malam Jumat kecuali pastilah Allah menghindarkannya dari siksa kubur.” (HR. Ahmad)
- Mati di medan perang. Firman Allah SWT. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. (Qs. Ali Imran: 169)
- Mati sedang berjuang di jalan Allah
- Mati dalam berjaga-jaga (meronda/waspada) di jalan Allah.
- Mati karena penyakit kolera/ penyakit menular
- Mati karena penyakit tuberkulosis (TBC). Ini berdasarkan sabda Rasulullah, “Mati di jalan Allah adalah syahid dan… mati karena penyakit TBC adalah syahid, dan mati karena penyakit perut adalah syahid.” (HR . Thabrani)
- Mati karena penyakit perut / keracunan / muntaber dll.
- Mati tenggelam
- Mati karena terbakar
- Mati karena dzaat al janbi (semacam tumor)
- Mati tertimpa reruntuhan (tanah longsor)
- Mati karena penyakit busung lapar
- Mati karena sakit berkepanjangan dengan tetap beriman, sabar dan tawakkal
- Perempuan yang mati pada saat mengandung. “Para syuhada ada tujuh; mati terbunuh di jalan Allah, karena penyakit kolera adalah syahid, mati tengelam adalah syahid, karena penyakit busung lapar adalah syahid, karena penyakit perut keracunan adalah syahid, karena terbakar adalah syahid, dan yang mati karena tertimpa reruntuhan (bangunan atau tanah longsor) adalah syahid, serta wanita yang mati pada saat mengandung adalah syahid.” (HR Malik, Abu Daud, dll)
- Perempuan yang mati ketika bersalin adalah syahid (anaknya akan menariknya dengan tali pusarnya ke dalam surga).” (HR Ahmd).
- Mati semasa nifas (HR. Thabrani).
- Mati masih menyusui
- Mati meninggalkan anak yang masih kecil (belum baligh)
- Ditinggalkan mati anak yang masih kecil (belum baligh)
- Mati saat melayani suami
- Mati terbunuh dalam membela hartanya
- Mati dalam membela keluarganya
- Mati dalam membela agama (keyakinannya)
- Mati mempertahankan darah (nyawa/jiwanya)
- Mati mempertahankan kehormatannya (misalnya diperkosa)
- Mati dalam rangka menuntut haknya. (HR. Nasa’i)
- Mati sedang belajar/menuntut ilmu
- Mati sedang mengajar/berda’wah.
- Mati di tempat terasing
- Mati karena sakit panas
- Mati disengat hewan berbisa
- Mati diterkam binatang buas
- Mati dalam penjara karena dizhalimi
- Mati karena menahan rindu
- Mati karena kehausan/kepanasan
- Mati saat mengerjakan amal saleh.
- Mati saat menghindari maksiat
- Mati dalam perjalanan (musafir)
- Mati saat mencari nafkah/di tempat bekerja
- Mati saat membela negara
- Mati meniggalkan harta wakaf
- Mati meniggalkan anak shaleh/shalehah
- Mati meniggalkan santri/ ilmu yang bermanfaat
- Mati meniggalkan jejak kebaikan misalnya ; majelis ta’lim, masjid, anak asuh dll. (Qs. Yasin : 12).
- Mati meningglkan anak, cucu, atau anak asuh yang mati syahid atau hafal quran.
- Mati dalam usia lanjut dalam keadaan Islam
- Mati disaksikan kebaikannya oleh 40 orang/lebih.
- Mati sedang merawat orang tua .Dari Muawiyah bin Jahimah As-Salmi, sesungguhnya Jahimah mendatangi Nabi SAW, beliau berkata, “Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang, saya datang ingin meminta pendapatmu. ” Maka beliau bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?” Dia berkata, “Ya.” Maka beliau bersabda, “Rawatlah dia, karena sesungguhnya, surga berada pada kedua kakinya.” (HR. Ahmad dan Nasai).
Mati adalah ketentuan tetapi cara mati adalah pilihan.. Berusaha dan berdo’alah agar kita termasuk orang yang mati syahid atau husnul khatimah. Rasulullah SAW . bersabda : “Barang siapa yang berdo’a meminta mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menjadikan ia mati syahid, walaupun ia meninggal di tempat tidurnya.” (HR. Muslim).
اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ